Oleh : Drs.
Dudung Hamdun, M.Si. adalah dosen pada Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas
Tarbiyah UIN Sunan Knlijaga Yogyakarta.
Bahasa sebagai
alat komunikasi, memiliki peranan yang sangat periling dalam kehidupan individu
maupun kelompok. Kemampuan berbahasa menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi,
terlebih pada era globalisasi, modernisasi, industrialisasi, dan era informasi
seperti saat ini. Aspek yang sangat menonjol dan terlihat dengan sangat jelas
terkait dengan era seperti sekarang ini adalah terjadinya perubahan yang amat
cepat yang terjadi pada setiap sektor kehidupan, sesaat saja kita terlena kita
akan tertinggal jauh dan tergilas oleh roda waktu.
Kemampuan dan
penguasaan bahasa menjadi sangat urgen dan tidak bisa ditunda. Sementara
kendala penguasaan bahasa sejak dulu sampai sekarang masih menjadi sebuah
delema yang tidak kunjung terpecahkan. Salah satu contoh ; banyak orang yang
telah bersusah payah dan berusaha keras belajar bahasa Arab misalnya, bahkan
telah menghabiskan banyak waktu untuk itu namun hasilnya tidak pernah
memuaskan. Untuk hal tersebut penulis tergerak untuk ikut serta menyumbangkan
pemikiran dalam upaya mencari solusi alternatif yang dapat memecahkan kebekuan
masalah tersebut, dengan mencoba melihat dari aspek psikis yakni tinjauan
psikologi dengan sebuah pendekatan Psikologi Belajar Bahasa. Seperti yang kita
ketahui, metodologi pengajaran bahasa asing saat ini mengalami perkembangan
terus-menerus. Seiring dengan perkembangan yang terjadi terutama pada disiplin
ilmu bahasa (ilmu al-lughah- Linguistik), Ilmu pendidikan ( paedagogi) dan ilmu
an-Nafs (psychology), Lebih dari pada itu, hasil-hasil penelitian dalam bidang
pengajaran bahasa, juga memberikan kontribusi kepada lahirnya pendekatan dan
metode baru dalam pengajaran bahasa. Harus diakui bahwa sebagian besar dari
perkembangan tersebut terjadi pada pengajaran bahasa Inggris yang merupakan bahasa
dunia paling populer dewasa ini.
Sementara pengajaran bahasa Arab lebih banyak
berperan sebagai pengadopsi, sehingga seringkali tertinggal di banding bahasa
Inggris. Apalagi pengajaran bahasa Arab di Indonesia kurang memiliki akses ke
lembaga-lembaga ilmiah di Timur Tengah. Keterampilan berbahasa mencakup empat
segi yaitu listening skills, speaking skills, reading skills dan writing
skills. Setiap keterampilan erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan
lainnya. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu
hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil (kanak-kanak) kita
belajar menyimak bahasa, kemndian berbicara; sesudah itu kita belajar membaca,
dan menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan
membaca dan menulis dipelajari di sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada
dasarnya merupakan satu kesatuan (catur-tunggal). Selanjutnya setiap
keterampilan erat pula berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari
bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin trampil seseorang
berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya
dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih keterampilan
berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir.
0 Komentar